Rabu, 15 Juli 2009

A. BAHASA LATIN, SINGKATAN DAN ARTINYA


No
Singkatan
Kepanjangan
Arti


A



1
aa.
ana
masing - masing

2
a.c.
ante coenam
sebelum makan

3
a.d.
auris dextrae
telinga kanan

4
a.h.
alternis horis
selang satu jam

5
a.l.
auris laevae
telinga kiri

6
a.m.
ante meridiem
sebelum tengah hari

7
a.p.
ante prandium
sebelum sarapan pagi

8
aa p.aeq.
ana partes aequales
masing - masing sama banyak

9
abs.febr.
absente febre
bila tidak demam

10
accur.
accurate
cermat

11
ad.
ad
sampai

12
ad 2 vic.
ad duas vices
untuk dua kali

13
ad aur.
ad aurem
pada telinga

14
ad chart.cer.
ad chartam ceratam
pada kertas berlilin

15
ad chart.perg.
ad chartam pergameneam
pada kertas perkamen

16
ad grat.sap.
ad gratum saporem
sampai ada rasanya

17
ad hum.
ad humectandum
untuk membasahkan

18
ad infl.
ad inflandum
untuk disemprot

19
ad libit.
ad libitum
sesukanya

20
ad oll.alb.
ad ollam albam
dalam pot putih

21
ad oll.gris.
ad ollam griseam
dalam pot abu-abu

22
ad scatul.
ad scatulam
dalam dus

23
ad us.ext.
ad usum externum
untuk pemakaian luar

24
ad us.in.
ad usum internum
untuk pemakaian dalam

25
ad us.prop.
ad usum proprium
untuk pemakaian sendiri

26
ad vitr.alb.
ad vitrum album
dalam botol putih

27
ad vitr.ampl.
ad vitrum amplum
dalam botol bermulut lebar

28
ad vitr.fusc.
ad vitrum fuscum
dalam botol coklat

29
ad vitr. nigr.
ad vitrum nigrum
dalam botol hitam

30
add.
adde
tambahkan

31
adh.
adhibere
gunakan

32
ads.febr.
adsante febre
diwaktu demam

33
aeq.
aequalis
sama

34
aequab.
aequabilis
rata

35
aff.
affunde
dituangkan

36
aggred.febr.
aggrediente febre
diwaktu demam

37
agit.
agitatio
kocok

38
alb.
alba , albus
putih

39
alt.h.
alternis horis
selang satu jam

40
alt.hor.
alternis horis
selang satu jam

41
alt.d.
alternis die
selang satu hari

42
amb.
ambo
kedua - duanya

43
ampl.
ampulla
ampul

44
ante
ante
sebelum

45
applic.
applicatur
digunakan

46
apt.
aptus
cocok

47
aq.bidest.
aqua bidestillata
air suling dua kali

48
aq.bull.
aqua bulliens
air mendidih

49
aq.coct.
aqua cocta
air matang

50
aq.cois.
aqua communis
air biasa

51
aq.comm.
aqua communis
air biasa

52
aq.dest.
aqua destillata
air suling

53
aq.ferv.
aqua fervida
air panas

54
aq.pat.
aqua patabilis
air minum

55
aur.
auris
telinga

56
aurist.
auristillae
obat tetes telinga

B.


57
b.
bis
dua kali

58
bac.
bacilla
basila (sediaan benntuk batang)

59
bals.peruv.
balsamum peruvianum
peru balsem

60
b.in d.
bis in die
dua kali sehari

61
b.d.d.
bis de die
dua kali sehari

62
bid.
biduum
waktu dua hari

63
bol.
boli
pil besar


C.

64
c.
cum
dengan

65
C., cochl.
cochlear
sendok makan

66
c.m.
cras mane
besok pagi

67
c.n.
cras nocte
besok malam

68
C.p.
cochlear pultis
sendok bubur

69
C.p.
cochlear parvum
sendok bubur

70
C.th.
cochlear thea
sendok teh

71
cal.
calore
oleh panas

72
calef.
calefac
panaskan

73
calid.
calidus
panas

74
caps.
capsulae
kapsul

75
caps.gel.el.
capsulae gelatinosae elasticae
kapsul gelatin lunak

76
caps.gel.op.
capsulae gelatinosae operculatae
kapsul gelatin dengan tutup

77
caut.
caute
hati - hati

78
cer.
cera
malam, lilin

79
chart.
charta
kertas

80
chart.par.
charta paraffinata
kertas paraffin

81
citiss.
citissime
sangat segera

82
cito
cito
segera

83
clarif.
clarificatio
dijernihkan

84
clysm.
clysma
klisma / obat pompa

85
co., comp., cps., cpt.,
compositus
majemuk

86
cochleat.
cochleatim
sendok demi sendok

87
cois., comm.
communis
biasa

88
colat.
colatura
sari, kolatur

89
collut.
collutio
obat cuci mulut

90
collyr.
collyrium
obat cuci mata

91
conc.
concentratus
pekat

92
concus.
concussus
kocok

93
consp.
consperge
taburkan

94
cont.
continuo
segera

95
coq.
coque
masak

96
cord.
cordis
jantung

97
cort.
cortex
kulit

98
crast.
crastinus
besok

99
crem.
cremor
krim

100
cryst.
crystallus
kristal

D.

101
d.
da
berikan

102
d.in 2plo
da in duplo
berikan dua kali jumlahnya

103
d.in dim
da in dimidio
berikan setengahnya

104
d.secund.
diebus secunde
hari kedua

105
d.seq.
die sequente
hari berikutnya

106
d.c.
durante coenam
pada waktu makan

107
d.c.form.
da cum formula
berikan dengan resepnya

108
d.d.
de die
tiap hari

109
d.s.
da signa
berikan dan beri tanda

110
d.s.s.ven.
da sub signo veneni
berilah dengan tanda racun

111
d.t.d.
da tales doses
berikan dalam dosis demikian

112
decanth.
decantha
tuangkan

113
decoct.
decoctum
rebusan

114
dep.
depuratus
murni

115
des.
desodoratus
tidak berbau

116
desinf.
desinfectans
desinfeksi

117
det.
detur
diberikan

118
dext.
dexter
kanan

119
dieb.alt.
diebus alternis
tiap satu hari berikutnya

120
dil.
dilutus / dilutio
diencerkan / pengenceran

121
dim.
dimidius
setengah

122
disp.
dispensa
berikan

123
div.
divide
bagilah

124
div.in.part.aeq.
divide in partes aequales
bagilah dalam bagian - bagian yang sama

125
dulc.
dulcis
manis

126
dup., dupl., dx.
duplex
dua kali





E.



127
e.c.
enteric coated
bersalut enterik

128
elaeos.
elaeosaccharum
gula berminyak

129
emet.
emeticum
obat muntah

130
empl.
emplastrum
plester

131
emuls.
emulsum
emulsi

132
enem.
enema
lavemen/klisma/obat pompa

133
epith.
epithema
obat kompres

134
evap.
evaporetur, evapora
diuapkan, uapkan

135
exhib.
exhibe
berikan

136
expr.
expressio, exprimatur, exprime
penekanan, ditekan, tekanlah

137
ext.s.alut.
extende supra alutam
oleskan pada kulit yang lunak

138
ext.s.cor.
extende supra corium
oleskan pada kulit yang keras

139
ext.ut.
externe untendum
pemakaian sebagai obat luar

140
extemp.
extempore
pada saat itu juga

141
extr.liq.
extractum liquidum
ekstrak cair

142
extr.sicc.
extractum siccum
ekstrak kering

143
extr.spiss.
extractum spissum
ekstrak kental

144
extr.ten.
extractum tenue
ekstrak kental cair







F.



145
f.
fac, fiat, fiant
buat / dibuat

146
far.
farina
tepung

147
f.c.vehic.apt.
fac cum vehiculum apto
buat dengan bahan pembawa yang cocok

148
fl.
flores
bunga

149
fol.
folia
daun

150
f.l.a.
fac lege artis
buatlah sesuai aturan

151
febr.dur.
febre durante
diwaktu demam

152
filtr.
filtra / filtretur
saring

153
form.
formula
susunan (resep)

154
fort.
fortius
kuat

155
frig.
frigidus
dingin







G.



156
g.
gramma
gram

157
gr.
grain
grain ( kira-kira 65 mg)

158
garg.
gargarisma
obat kumur

















Singkatan
Kepanjangan
Arti

159
gel.
gelatina
gelatin

160
glob.
globulus
bundar

161
gran.
granulum
butir

162
gross
grosse
kasar

163
gtt.
guttae
tetes

164
gutt.aur.
guttae auriculares
tetes telinga

165
0.5 g.
semi gramma
setengah gram

166
1 g
gramma unum
satu gram

167
1.5 g
sesqui gramma
satu setengah gram

168
2 g
grammata duo
dua gram

169
3 g
grammata tria
tiga gram

170
4 g
grammata quattuor
empat gram

171
5 g
grammata quinque
lima gram







H.



172
h.
hora
jam

173
h.u.spat.
horae unius spatio
setelah satu jam

174
h.X.mat.
horae decima matutina
jam 10 pagi

175
h.m.
hora matutina
pagi hari

176
h.s.
hora somni
waktu tidur

177
h.v.
hora vespertina
malam hari

178
haust.
haustus
diminum sekaligus

179
hebdom.
hebdomada
untuk seminggu

180
her.praescr.
heri praescriptus
resep kemaren

181
hor.interm.
horis intermediis
diantara jam - jam

182
hui.form.
huius formulae
dari resep ini







I & J



183
i.c.
inter cibos
diantara waktu makan

184
i.m.
intra muskular
kedalam jaringan otot

185
i.m.m.
in manum medici
berikan pada dokter / di tangan dokter

186
i.o.d
in oculo dextro
pada mata kanan

187
i.o.s.
in oculo sinistro
pada mata kiri

188
in 2 vic.
in duabus vicibus
dalam dua kali

189
inj.
injectio
suntikan

190
instill.
instilla
teteskan






















No
Singkatan
Kepanjangan
Arti

191
inter., int.
inter
antara

192
interd.
interdum
sewaktu - waktu

193
intr.d.sum.
intra diem sumendum
digunakan dalam satu hari

194
in vit.
in vitro
dalam tabung

195
in viv.
in vivo
dalam tubuh

196
iter.
iteretur
untuk diulang

197
iter.
iteratio
ulangan

198
i.v.
intra vena
kedalam pembuluh darah

199
jentac.
jentaculum
makan pagi

200
jej.
jejune
puasa, perut kosong







L.



201
l.a.
lege artis
menurut aturan

202
lag.gutt.
lagena guttatoria
botol tetes

203
lav.opth.
levementum ophthalmicum
larutan pencuci mata

204
ligand.
ligandus
harus diikat

205
lin.
linimentum
obat gosok

206
liq.
liquor
cairan

207
liq.
liquidus
larutan

208
loc.
locus
tempat

209
loc.aeg.
locus aeger
tempat yang sakit

210
loc.dol.
locus dolens
tempat yang nyeri

211
lot.
lotio
obat cuci / pembasuh







M



212
m.
misce
campurkan

213
m.et v.
mane et vespere
pagi dan malam

214
m.d.s.
misce da signa
campurkan, berikan tanda

215
m.f.
misce fac
campur dan buat

216
m.f.pulv.
misce fac pulveres
campurkan, buat powder

217
m.i.
mihi ipsi
untuk saya sendiri

218
m.p.
mane primo
pagi - pagi sekali

219
man.
mane
pagi hari

220
mixt.
mixtura
campuran

221
mod.praescr.
modo praescriptio
sesuai aturan



























No
Singkatan
Kepanjangan
Arti


N.



222
n.
nocte
malam hari

223
n.dt., ndt., ne det.
ne detur
tidak diberikan

224
N.I.
ne iteretur
tidak boleh diulang

225
narist.
naristillae
obat tetes hidung

226
ne iter.
ne iteretur
jangan diulang

227
neb., nebul.
nebula
obat semprot

228
noct.
nocte
malam hari

229
non rep.
non repetatur
jangan diulang







O.



230
o. 1/4 h.
omni quarta hora
tiap seperempat jam

231
o.alt.hor.
omni alternis horis
tiap selang satu jam

232
o.b.h.
omni bihorio
tiap 2 jam

233
o.b.h.c.
omni bihorio cochlear
tiap 2 jam satu sendok makan

234
o.d.
oculus dexter
mata kanan

235
o.d.s.
oculus dexter et sinister
mata kanan dan kiri

236
o.h.
omni hora
tiap jam

237
o.m.
omni mane
tiap pagi

238
o.n.
omni nocte
tiap malam

239
o.s.
oculus sinister
mata kiri

240
o.u.
oculus uterque
kedua mata

241
oc.
oculus
mata

242
oculent.
oculentum
salep mata

243
omn.bid.
omni biduum
tiap 2 hari

244
ool.min.
olea mineralia
minyak mineral

245
ol.vol.
olea volatilia
minyak menguap/minyak atsiri

246
os., oris
oris
mulut







P.



247
p.aeq.
partes aequales
bagian sama

248
p.d.sing.
pro dosis singularis
untuk satu dosis

249
p.r.n.
pro re nata
bila diperlukan

250
p.c.
post coenam
setelah makan

251
p.m.
post meridiem
sore




























No
Singkatan
Kepanjangan
Arti

252
part. Dol.
parte dolente
pada bagian yang sakit

253
past.dentifr.
pasta dentrificia
pasta gigi

254
per bid.
per biduum
dalam 2 hari

255
per trid.
per triduum
dalam 3 hari

256
per vic.
per vices
sebagian - sebagian

257
per.in.mor. / PIM
periculum in mora
bahaya bila tertunda

258
p.i.
pro injectio
untuk suntikan

259
pil.
pilula
pil

260
p.o.
per os / per oral
melalui mulut

262
pon. aur.
pone aurum
dibelakang telinga

263
pond.
pondus
timbangan / berat

264
pot.
potio
obat minum

265
pp., praec.
praecipitatus
endapan

266
prand.
prandium
sarapan pagi

267
pulv.
pulvis
serbuk

268
pulv.adsp.
pulvis adspersorius
serbuk tabur

269
pulv.dentifr.
pulvis dentrificius
serbuk untuk gigi

270
pulv.gross.
pulvis grossus
serbuk kasar

271
pulv.subt.
pulvis subtilis
serbuk halus

272
pulv.sternut.
pulvis sternutatorius
serbuk bersin

273
purg.
purgativus
obat kuras

274
pyx.
pyxis
dus







Q.



275
q.
quantitas
jumlah

276
q.dx.
quantitas duplex
2 kali banyaknya

277
q.h.
quaque hora
tiap jam

278
q.d.
quarter die
4 kali sehari

279
q.l.
quantum libet
banyaknya sesukanya

280
q.pl.
quantum placet
jumlah sesukanya

281
q.q.h.
quarta quaque hora
tiap 4 jam

282
q.s.
quantum satis / sufficit
secukupnya

283
q.v.
quantum vis
banyaknya sesukanya



























No
Singkatan
Kepanjangan
Arti

284
R



285
R., Rp., Rcp.
recipe
ambil

286
rec.
recens
segar

287
rec.par.
recenter paratus
dibuat pada saat itu juga

288
reiter.
reiteretur
diulang kembali

289
rem.
remanentia
sisa

290
renov.semel.
renovetur semel
diulang satu kali

291
rep.
repetatur
untuk diulang







S.



292
s.
signa
tandai / tulis

293
S.a.
secundum artem
menurut seni

294
s.d.d.
semel de die
sekali sehari

295
s.n.s.
si necesse sit
bila diperlukan

296
s.o.s.
si opus sit
bila diperlukan

297
s.q.
sufficiente quantitate
dengan secukupnya

298
scat.
scatula
dus

299
se necess.sit
si necesse sit
bila perlu

300
sec.
secundo
kedua

301
semel
semel
satu kali

302
semi h.
semi hora
setengah jam

303
septim.
septimana
satu minggu

304
sesqui
sesqui
satu setengah

305
si op.sit.
si opus sit
bila perlu

306
sig.
signa
tulis / beri tanda

307
sin.
sine
tanpa

308
sine confect.
sine confectione
tanpa etiket aslinya

309
sing.
singulorum
dari tiap

310
sing auror.
singulis auroris
tiap pagi

311
s.c.
sub cutan
dibawah kulit

312
sol., solut.
solutio
larutan

313
solv.
solve
larutkan

314
stat.
statim
segera

315
steril.
sterillisatus
steril

316
subt.
subtilis
halus / tipis

317
sum.
sume, sumatur
ambillah

318
supr.
supra
di atas












No
Singkatan
Kepanjangan
Arti

T.



319
tct., tinct., tra.
tinctura
tingtur

320
t.d.d.
ter de die
tiga kali sehari

321
t.d.s.
ter die sumendum
dipakai tiga kali sehari

322
ter d.d.
ter de die
tiga kali sehari

323
ter in d.
ter in die
tiga kali sehari

324
trit.
tritus
gerus

325
troch.
trochiscus
tablet hisap

326
tuss.
tussis
batuk







U & V



327
u.a.
usus ante
seperti terdahulu

328
u.c.
usus cognitus
cara pakai diketahui

329
u.e.
usus externus
untuk obat luar

330
u.i.
usus internus
untuk obat dalam

331
u.n.
usus notus
cara pakai diketahui

332
u.p.
usus propius
untuk dipakai sendiri

333
u.v.
usus veterinarius
pemakaian untuk hewan

334
ult.prescr.
ultimo prescriptus
resep terakhir

335
ungt.
unguentum
salep

336
ungt.moll.
unguentum molle
salep lunak

337
urgens
urgens
segera

338
vas.
vaselin
vaselin

339
vasc.
vasculum
cangkir

340
vehic.
vehiculum
zat pembantu

341
vesp.
vespere
sore

342
vin.
vinum
anggur

343
virid.
viridus
hijau

342
vit.ov.
vitellum ovum
kuning telur

343
volat.
volatilis
menguap

Jumat, 03 Juli 2009

DRUG RELATED PROBLEM

2.1. Definisi
Terapi dengan menggunakan obat terutama ditujukan untuk meningkatkan kualitas atau mempertahankan hidup pasien. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara: mengobati penyakit pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit serta mencegah penyakit atau gejalanya. Namun ada hal-hal yang tidak dapat disangkal dalam pemberian obat yaitu kemungkinan terjadinya hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan (Drug Related Problem).
Drug Related Problem (DRP) dapat didefinisikan sebagai kejadian tidak di inginkan yang menimpa pasien yang berhubungan dengan terapi obat dan secara nyata maupun potensial berpengaruh terhadap perkembangan pasien yang diinginkan.

2.2. Komponen DRP
Suatu kejadian dapat disebut DRP bila memenuhi dua komponen berikut :
1. Kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien
Kejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosis penyakit, ketidakmampuan (disability) atau sindrom; dapat merupakan efek dari kondisi psikologis, fisiologis, sosiokultural atau ekonomi.
2. hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat
Bentuk hubungan ini dapat berupa konsekuensi dari terapi obat maupun kejadian yang memerlukan terapi obat sebagai solusi maupun preventif.
Sebagai pengemban tugas pelayanan kefarmasian, seorang farmasis memiliki tanggung jawab terhadap adanya DRP yaitu dalam hal:
1. Mengidentifikasi masalah
2. Menyelesaikan masalah
3. Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya DRP

2.3. Klasifikasi DRP
2.3.1. Indikasi
Pasien mengalami masalah medis yang memerlukan terapi obat (indikasi untuk penggunaan obat), tetapi tidak menerima obat untuk indikasi tersebut.
a. Pasien memerlukan obat tambahan
Keadaan yang ditemukan pada DRP adalah suatu keadaan ketika pasien menderita penyakit sekunder yang mengakibatkan keadaan yang lebih buruk daripada sebelumnya, sehingga memerlukan terapi tambahan. Penyebab utama perlunya terapi tambahan antara lain ialah untuk mengatasi kondisi sakit pasien yang tidak mendapatkan pengobatan, untuk menambahkan efek terapi yang sinergis, dan terapi untuk tujuan preventif atau profilaktif. Misalnya, penggunaan obat AINS biasanya dikombinasikan dengan obat antihistamin 2 dengan tujuan untuk mencegah terjadinya iritasi lambung.
b. Pasien menerima obat yang tidak diperlukan
Pada kategori ini termasuk juga penyalahgunaan obat, swamedikasi yang tidak benar, polifarmasi dan duplikasi. Merupakan tanggungjawab farmasi agar pasien tidak menggunakan obat yang tidak memiliki indikasi yang tepat. DRP kategori ini dapat menimbulkan implikasi negatif pada pasien berupa toksisitas atau efek samping, dan membengkaknya biaya yang dikeluarkan diluar yang seharusnya. Misalnya, pasien yang menderita batuk dan flu mengkonsumsi obat batuk dan analgesik-antipiretik terpisah padahal dalam obat batuk tersebut sudah mengandung paracetamol.

2.3.2. Efektivitas
a. Pasien menerima regimen terapi yang salah
 Terapi multi obat (polifarmasi)
Polifarmasi merupakan penggunaan obat yang berlebihan oleh pasien dan penulisan obat berlebihan oleh dokter dimana pasien menerima rata-rata 8-10 jenis obat sekaligus sekali kunjungan dokter atau pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat. Jumlah obat yang diberikan lebih dari yang diperlukan untuk pengobatan penyakit dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan, seperti pemberian puyer pada anak dengan batuk pilek yang berisi :
- Amoksisillin
- Parasetamol
- Gliseril Guaiakolat
- Deksametason
- CTM
- Luminal
Dari hal tersebut terlihat adanya polifarmasi, seorang farmasis bisa menkonfirmasikan atau mendiskusikan terlebih dahulu kepada dokter sehingga penggunaan yang tidak perlu seperti deksametason dan luminal sebaiknya tidak diberikan untuk mencegah terjadinya regimen terapi yang salah.
 Frekuensi pemberian
Banyak obat harus diberikan pada jangka waktu yang sering untuk memelihara konsentrasi darah dan jaringan. Namun, beberapa obat yang dikonsumsi 3 atau 4 kali sehari biasanya benar-benar manjur apabila dikonsumsi sekali dalam sehari.
Contohnya
- frekwensi pemberian amoksisilin 4 kali sehari yang seharusnya 3 kali sehari.
- cara pemberian yang tidak tepat misalnya pemberian asetosal atau aspirin sebelum makan, yang seharusnya diberikan sesudah makan karena dapat mengiritasi lambung.
 Durasi dari terapi
Contohnya penggunaan antibiotik harus diminum sampai habis selama satu kurum pengobatan, meskipun gejala klinik sudah mereda atau menghilang sama sekali. Interval waktu minum obat juga harus tepat, bila 4 kali sehari berarti tiap enam jam, untuk antibiotik hal ini sangat penting agar kadar obat dalam darah berada diatas kadar minimal yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit.
b. Pasien menerima obat yang benar tetapi dosisnya terlalu rendah
Pasien menerima obat dalam jumlah lebih kecil dibandingkan dosis terapinya. Hal ini dapat menjadi masalah karena menyebabkan tidak efektifnya terapi sehingga pasien tidak sembuh, atau bahkan dapat memperburuk kondisi kesehatannya. Hal-hal yang menyebabkan pasien menerima obat dalam jumlah yang terlalu sedikit antara lain ialah kesalahan dosis pada peresepan obat, frekuensi dan durasi obat yang tidak tepat dapat menyebabkan jumlah obat yang diterima lebih sedikit dari yang seharusnya, penyimpanan juga berpengaruh terhadap beberapa jenis sediaan obat, selain itu cara pemberian yang tidak benar juga dapat mengurangi jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh pasien.
Ada beberapa faktor pendukung yang menyebabkan kejadian tersebut yaitu antara lain obat diresepkan dengan metode fixed model (hanya merujuk pada dosis lazim) tanpa mempertimbangkan lebih lanjut usia, berat badan, jenis kelamin dan kondisi penyakit pasien sehingga terjadi kesalahan dosis pada peresepan. Adanya asumsi dari tenaga kesehatan yang lebih menekankan keamanan obat dan meminimalisir efek toksik terkadang sampai mengorbankan sisi efektivitas terapi. Ketidakpatuhan pasien yang menyebabkan konsumsi obat tidak tepat jumlah, antara lain disebabkan karena faktor ekonomi pasien tidak mampu menebus semua obat yang diresepkan, dan pasien tidak paham cara menggunakan obat yang tepat. Misalnya pemberian antibiotik selama tiga hari pada penyakit ISFA Pneumonia.

2.3.3 Keamanan
a. Pasien menerima obat dalam dosis terlalu tinggi
Pasien menerima obat dalam jumlah dosis terlalu tinggi dibandingkan dosis terapinya. Hal ini tentu berbahaya karena dapat terjadi peningkatan resiko efek toksik dan bisa jadi membahayakan Hal-hal yang menyebabkan pasien menerima obat dalam jumlah dosis terlalu tinggi antara lain ialah kesalahan dosis pada peresepan obat, frekuensi dan durasi minum obat yang tidak tepat. Misalnya, penggunaan fenitoin dengan kloramfenikol secara bersamaan, menyebabkan interaksi farmakokinetik yaitu inhibisi metabolisme fenitoin oleh kloramfenikol sehingga kadar fenitoin dalam darah meningkat.
b. Pasien mengalami efek obat yang tidak diinginkan (Adverse drug reaction)
Dalam terapinya pasien mungkin menderita ADR yang dapat disebabkan karena obat tidak sesuai dengan kondisi pasien, cara pemberian obat yang tidak benar baik dari frekuensi pemberian maupun durasi terapi, adanya interaksi obat, dan perubahan dosis yang terlalu cepat pada pemberian obat-obat tertentu.
ADR merupakan respon terhadap suatu obat yang berbahaya dan tidak diharapkan serta terjadi pada dosis lazim yang dipakai oleh manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis maupun terapi.
Pada umumnya ADR dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
1. Reaksi tipe A
Reaksi tipe A mencakup kerja farmakologis primer atau sekunder yang berlebihan atau perluasan yang tidak diharapkan dari kerja obat seperti diuretik mengimbas hipokalemia atau propanolol mengimbas pemblok jantung. Reaksi ini seringkali bergantung dosis dan mungkin disebabkan oleh suatu penyakit bersamaan, interaksi obat-obat atau obat-makanan. Reaksi tipe A dapat terjadi pada setiap orang.
2. Reaksi tipe B
Reaksi tipe B merupakan reaksi idiosinkratik atau reaksi imunologi. Reaksi alergi mencakup tipe berikut :
a. Tipe I, anafilaktik (reaksi alergi mendadak bersifat sistemik) atau segera (hipersensitivitas)
b. Tipe II, sitotoksik
c. Tipe III, serum
d. Tipe IV, reaksi alergi tertunda misalnya penggunaan fenitoin dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan Steven Johnson syndrome.

3. Reaksi Tipe C (berkelanjutan)
Reaksi tipe C disebabkan penggunaan obat yang lama misalnya analgesik, nefropati.
4. Reaksi Tipe D
Reaksi tipe D adalah reaksi tertunda, misalnya teratogenesis dan karsinogenesis.
5. Reaksi Tipe E
Reaksi tipe E, penghentian penggunaan misalnya timbul kembali karena ketidakcukupan adrenokortikal.

2.3.4. Kepatuhan
Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Kepatuhan pasien untuk minum obat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Persepsi tentang kesehatan
b. Pengalaman mengobati sendiri
c. Pengalaman dengan terapi sebelumnya
d. Lingkungan (teman, keluarga)
e. Adanya efek samping obat
f. Keadaan ekonomi
g. Interaksi dengan tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat).
Akibat dari ketidakpatuhan (non-compliance) pasien untuk mengikuti aturan selama pengobatan dapat berupa kegagalan terapi dan toksisitas. Ketidakpatuhan seolah-olah diartikan akibat kelalaian dari pasien, dan hanya pasienlah yang bertanggung jawab terhadap hal-hal yang terjadi akibat ketidakpatuhannya. Padahal penyebab ketidakpatuhan bukan semata-mata hanya kelalaian pasien dalam mengikuti terapi yang telah ditentukan, namun banyak faktor pendorongnya, yaitu :


a. Obat tidak tersedia
Tidak tersedianya obat yang dibutuhkan pasien diapotek terdekat menyebabkan pasien enggan untuk menebus obat keapotek lain.
b. Regimen yang kompleks
Jenis sediaan obat terlalu beragam, misalnya pada saat bersamaan pasien mendapat sirup, tablet, tablet hisap, dan obat inhaslasi, hal ini dapat menyebabkan pasien enggan minum obat.
c. Usia lanjut
Misalnya, banyak pasien geriatrik menggunakan lima atau eman obat-obatan beberapa kali dalam sehari pada waktu yang berbeda. Kesamaan penampilan seperti ukuran, warna, atau bentuk obat-obat tertentu dapat berkontribusi pada kebingungan. Beberapa pasien geriatrik dapat mengalami hilang daya ingat yang membuat ketidak patuhan lebih mungkin.
d. Lamanya terapi
Pemberian obat dalam jangka panjang misalnya pada penderita TBC, DM, arthritis, hipertensi dapat mempengaruhi kepatuhan pasien, dimana pasien merasa bosan dalam penggunaan obat tersebut yang menyebabkan efek terapi tidak tercapai.
e. Hilangnya gejala
Pasien dapat merasa lebih baik setelah menggunaan obat dan merasa bahwa ia tidak perlu lebih lama menggunakan obatnya setelah reda. Misalnya, ketika seorang pasien tidak menghabiskan obatnya selama terapi antibiotik setelah ia merasa bahwa infeksi telah terkendali. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya kembali infeksi, sehingga pasien wajib diberi nasehat untuk menggunakan seluruh obat selama terapi antibiotik.
f. Takut akan efek samping,
Timbulnya efek samping setelah meminum obat, seperti : ruam kulit dan nyeri lambung atau timbulnya efek ikutan seperti urin menjadi merah karena minum obat rimpafisin dapat menyebabkan pasien tidak mau menggunakan obat.
g. Rasa obat yang tidak enak
Masalah rasa obat-obatan paling umum dihadapi dengan penggunaan cairan oral oleh anak-anak, misalnya dalam formulasi obat cair oral bagi anak-anak penambahan penawar rasa dan zat warna dilakukan untuk daya tarik, sehingga mempermudah pemberian obat dan meningkatkan kepatuhan.
h. Tidak mampu membeli obat
Ketidakpatuhan sering terjadi dengan penggunaan obat yang relatif mahal, pasien akan lebih enggan mematuhi instruksi penggunaan obat yang lebih mahal.
i. Pasien lupa dalam pengobatan.
j. Kurangnya pengetahuan terhadap kondisi penyakit, pentingnya terapi dan petunjuk penggunaan obat.
Pasien biasanya mengetahui relatif sedikit tentang kesakitan mereka, apalagi manfaat dan masalah terapi yang diakibatkan oleh obat. Biasanya pasien menetapkan pikiran sendiri berkenaan dengan kondisi dan pengharapan yang berkaitan dengan efek terapi obat. Jika terapi tidak memenuhi harapan, mereka cenderung tidak patuh. Oleh karena itu diperlukan edukasi pada pasien tentang kondisi penyakitnya, manfaat serta keterbatasan terapi obat.
Dari beberapa faktor pendorong terjadinya ketidakpatuhan, apoteker memiliki peran untuk meningkatkan kepatuhan pasien dengan memberikan informasi tentang pentingnya pengobatan pada keadaan penyakit pasien. Selain itu, diperlukan juga komunikasi yang efektif antara dokter dan apoteker sehingga upaya penyembuhan kondisi penyakit pasien dapat berjalan dengan baik.

2.3.5. Pemilihan Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Obat yang dipilih untuk mengobati setiap kondisi harus yang paling tepat dari yang tersedia. Banyak reaksi merugikan dapat dicegah, jika dokter serta pasien melakukan pertimbangan dan pengendalian yang baik. Pasien yang bijak tidak menghendaki pengobatan yang berlebihan. Pasien akan bekerjasama dengan dokter untuk menyeimbangkan dengan tepat keseriusan penyakit dan bahaya obat. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.

2.3.6 Interaksi Obat
Interaksi obat adalah peristiwa dimana kerja obat dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan. Efek obat dapat bertambah kuat atau berkurang karena interaksi ini akibat yang dikehendaki dari interaksi ini ada dua kemungkinan yakni meningkatkan efek toksik atau efek samping atau berkurangnya efek klinik yang diharapkan. Interaksi obat dapat terjadi sebagai berikut:
1. Obat-Makanan
Interaksi obat-makanan perlu mendapat perhatian dalam kegiatan pemantauan terapi obat. Ada 2 jenis yang mungkin terjadi:
a. Perubahan parameter farmakokinetik (absorpsi dan eliminasi). Misalnya, obat antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membenuk ikatan sehingga obat tdak dapat diabsorbsi dan menurunkan efektifitas.
b. Perubahan dalam efikasi terapi obat (misalnya, makanan protein tinggi meningkatkan kecepatan metabolisme teophillin). Sebagai tambahan, banyak obat diberikan pada saat lambung kosong. Sebaliknya, terapi obat dapat mengubah absorpsi secara merugikan dari penggunaan suatu bahan gizi.
2. Obat-Uji Laboratorium
Interaksi obat-uji laboratorium terjadi apabila obat mempengaruhi akurasi uji diagnostik. Interaksi ini dapat terjadi melalui gangguan kimia. Misalnya, laksatif antrakuinon dapat mempengaruhi uji urin untuk urobilinogen atau oleh perubahan zat yang diukur. Apabila mengevaluasi status kesehatan pasien apoteker harus mempertimbangkan efek terapi obat pada hasil uji diagnostik.
3. Obat-Penyakit
Interaksi obat-penyakit juga merupakan masalah yang perlu dipantau. Apoteker harus mengevaluasi pengaruh efek merugikan suatu obat pada kondisi medik pasien. Dalam pustaka medik, interaksi obat-penyakit sering disebut sebagai kontraindikasi absolut dan relatif. Misalnya, penggunaan kloramfenikol dapat menyebabkan anemia aplastik, dan penggunaan antibiotik aminoglikosida dapat menyebabkan nefrotoksik.
4. Obat-Obat
Interaksi antara obat-obat merupakan masalah yang perlu dihindari. Semua obat termasuk obat non resep harus dikaji untuk interaksi obat. Apoteker perlu mengetahui interaksi obat-obat yang secara klinik signifikan. Suatu interaksi dianggap signifikan secara klinik jika hal itu mempunyai kemungkinan menyebabkan kerugian atau bahaya pada pasien. Interaksi antar obat dapat berakibat merugikan atau menguntungkan. Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan/atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit.
Mekanisme interaksi obat, yakni :
a. Interaksi farmasetik (inkompatibilitas)
Inkompatibilitas ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktifasi obat.
Bagi tenaga kesehatan, interaksi farmasetik yang penting adalah interaksi antar obat suntik dan interaksi antara obat suntik dengan cairan infus.
b. Interaksi farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi farmakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, sekalipun struktur kimianya mirip, karena antara obat segolongan terdapat variasi sifat-sifat fisiko kimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat farmakokinetiknya. Misalnya, penggunaan ketokonazol dan paracetamol secara bersamaan, menyebabkan inhibisi metabolisme paracetamol oleh ketokonazol sehingga kadar paracetamol meningkat.
c. Interaksi farmakodinamik.
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik atau antagonistik. Interaksi farmakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat yang penting dalam klinik. Berbeda dengan interaksi farmakokinetik, interaksi farmakodinamik seringkali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat memang berdasarkan persamaan efek farmakodinamiknya. Misalnya, penggunaan warfarin dan aspirin dapat meningkatkan terjadinya perdarahan.